TEORI PRILAKU
Teori prilaku manajemen
Teori organisasi sebagai ilmu sosial merupakan proses yang sangat kompleks. Penelitian dalam teori organisasi lebih cenderung menekankan pada permasalahan subjek, kehidupan sosial anggota organisasi yang bersifat tidak tetap, sulit diobservasi, dan sulit diukur secara tepat. Hal ini disebabkan karena fenomena sosial bersifat dinamis, cepat berubah dan berlangsung secara terus menerus sehingga sulit ddalam membuat kesimpulan. Selama ini metoda penelitian perilaku organisasi dan teori organisasi menggunakan pendekatn ilmu natural. Kesesuaian pendekatan ilmu natural sebagai metoda penelitian masih menjadi kontroversi dalam studi organisasi.
Namun dilema yang terjadi dapat dikembangkan ke arah yang objektif dengan memperbaiki dan mengantisipasi sejumlah keseimbangan dan dilema sehingga tetap bermanfaat bagi pengembangan ilmu organisasi. Kata kunci: teori organisasi, model natural, dilema, ilmu sosial. Masyarakat ilmiah sendiri merupakan kumpulan orang dengan nilai, perilaku, dan sikap yang ingin mempertahankan etos ilmiah.Selama ini metode penelitian perilaku organisasi dan teori organisasi menggunakan pendekatan ilmu natural. Kesesuaian pendekatan ilmu natural sebagai suatu metode penelitian dalam perilaku organisasi dan teori organisasi masih menjadi kontroversi bagi beberapa peneliti dalam studi organisasi.
Masalah khusus yang dihadapi oleh hasil-hasil penelitian teori organisasi dan perilaku organisasi cederung memiliki bias dalam mencapai kekedewasaannya. Masalah dalam ilmu keperilakuan adalah keunikannya yang memberikan kekuatan dan kelemahan dari pengembangan teori pada pengukuran, dan permasalahan pengumpulan data serta nilai-nilai pendidikan, dan harapan yang ada di dalamnya. Menurut Blalock, dilema dan permasalahan di atas dapat dikembangkan ke arah yang objektif melalui langkah-langkah penting yang dapat memperbaiki dan mengantisipasi sejumlah keseimbangan dan dilema sehingga bermanfaat. Tiga Teori yang mendasari individu berperilaku tertentu didalam suatu organisasi.
1. Menurut Herbert Simon
Menurut Herbert Simon dengan mengembangkan teori perilaku administrasi yaitu menggambarkan bagaimana kerja struktur organisasi dan dukungan pengambilan keputusan pada individu dalam organisasi mencapai derjat tertinggi secara konsisten, disamping kemungkinan terjadinya boundedly rational behavior. Keberadaan organisasi dengan individu-individu yang ada didalamnya diharapkan mengadopsi dasardasar nilai organisasi sebagai petunjuk untuk pengambilan keputusan; dasar-dasar nilai faktual yaitu peraturan dan prosedur sebagai dasar melakukan kegiatan rutin. Perilaku individu dalam organisasi adalah bersifat rasional karena polihan perilakunya dibatasi dengan peraturan, dan terkait dengan program-program kerja organisasi.
Karena itu asumsi nilai, kerangka kognitif, peraturan, kegiatan rutin, adalah unsur-unsur yang mengarahkan individu untuk berperilaku rasional. Selanjutnya teori institusi berkembang pesat tahun 1960 an ketika diperkenlkan konsep system terbuka dalam studi organisasi (Scott,2001 : xx). Teori system terbuka distransformasikan melalaui pendekatan yang menekankan pentingnya konteks lingkungan dalam arti luas yang berpengaruh terhadap perubahan organisasi.
Konteks lingkungan tersebut; pertama, menyangkut lingkungan teknis yaitu terkait dengan system produksi instrumental, transformasi input menjadi output. Kedua, kekuatan social budaya sebagai lingkungan institusi yang berkembang di tahun 1970 an. Karena itu institusi dapat dilihat sebagai suatu system produksi dan sebagai system social budaya. Di samping itu karena pengaruh aspek lingkungan tang semakin komplek, maka teori institusi jugan berkembang sesuai dengan perkembangan kompleksitas lingkungan. Pandangan beberapa teoritisi sebagaimana dikemukakan di atas menurut Scott menunjukkan bahwa teori institusi dapat berkembang dalam berbagai disiplin ilmu, karena itu tidak ada teori tunggal tentang institusi melainkan teori institusi yang ditinjau dari disiplin ilmu tertentu.
2. Teori perilaku berdasarkan teori Birokrasi Henry Fayol :
· Teori organisasi klasik menghasilkan tugas manajemen yang terdiri atas :
- Technical : kegiatan memproduksi produk dan mengorganisirnya.
- Commercial : kegiatan membeli bahan dan menjual produk.
- Financial : kegiatan pembelanjaan.
- Security : kegiatan menjaga keamanan
- Accountancy : kegiatan akuntansi
· Teori organisasi klasik Henry Fayol ( 1841 – 1925 )
Managerial : melaksanakan fungsi manajemen yang terdiri atas :
- Planning : kegiatan perencanaan
- Organizing : kegiatan mengorganisasikan
- Coordinating : kegiatan pengkoordinasian
- Commanding : kegiatan pengarahan
- Controling : kegiatan pengawasan
Azas – azas umum Henry Fayol :
- pembagian kerja
- pemusutan wewenang
- azas wewenang
- rantai berkala tanggung jawab
- azas keteraturan
- disiplin
- azas keadilan
- kesatuan perintah
- kestabilan masa
- kesatuan arah jabatan
- azas kepentingan
- inisiatif umum
- azas kesatuan
- pemberian janji yang wajar
3. Teori Organisasi Menurut Max Weber
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan psikologis terhadap bawahan, yaitu dengan mengetahui perilaku individu bawahan sebagai suatu kelompok hubungan manusiawi untuk menunjang tingkat produktifitas kerja. Sehingga ada suatu rekomendsi bagi para manajer bahwa organisasi itu adalah suatu sistem sosial dan harus memperhatikan kebutuhan sosial dan psikologis karyawan agar produktifitasnya bias lebih tinggi.
Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik Structural :
1. Aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.
2. Spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.
3. Hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu mengarahkan hubungan intra personal diantara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi.
4. Pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka. Para manajer harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan individu yang berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi perusahaan.
5. Mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang berbeda. Mampu tukar ini menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.
6. Impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil diantara anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi. Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang tinggi dari tugas-tugas organisasi di dalam perbandingannya dengan prioritas yang rendah dari anggota organisasi individu.
7. Uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.
8. Rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan organisasi membantu meningkatkan stabilitas perusahaan. Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.
. contohnya : Perusahaan / industri baju dan celana yang teori organisasi lebih cenderung menekankan pada permasalahan subjek, kehidupan sosial anggota organisasi yang bersifat tidak tetap, sulit diobservasi, dan sulit diukur secara tepat.4. Pendekatan Teori Perilaku
Teori perilaku merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya. Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
1) Rasional. Model rasional memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan bersifat rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif dan tujuan. Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon
2) Sosiologis. Model ini lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan antropologi, sosiologi dan psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
3) Pengembangan hubungan manusia. Model pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan yang ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis motivasi agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung model ini antara lain, Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para manajer. Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
15 November 2012 pukul 22.50
terima kasih, posting anda sangat membantu